DUTA BUKU "AMANAH"

Amanah



Pernahkah anda mendapatkan suatu tugas yang menurut anda sangat berat anda laksanakan? Pernahkah anda merasa kesal karena selalu dijadikan salah satu panitia dari sebuah acara?
Mungkin pernah, mungkin tidak. Bagi yang menjawab ya, apakah anda menyelesaikan tugas tersebut atau menyerahkan kepada orang lain? Atau mungkin mencoba menyelesaikan dengan waktu yang memanjang. Apapun jawabannya pasti anda mempunyai alasan terhadap pilihan anda tersebut.
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena kondisi inilah ada individu yang mendapatkan tugas sedikit dan ada yang lebih banyak. Bagi yang mendapatkan tugas yang lebih banyak, tidak semestinya berkeluh kesah. Bahkan seharusnya mensyukuri. Mengapa demikian?
Tidak semua individu dapat dipercaya untuk diberikan sebuah tanggungjawab. Pasti ada sebuah alasan mengapa tanggung jawab tersebut diberikan kepadanya. Setiap amanah ataupun tanggung jawab yang diberikan kepadanya seharusnya dilaksanakan sesuai harapan pemberi amanah. Namun, terkadang tidak semua menyadari kelebihannya. Sehingga, setiap mendapatkan tugas hanya mampu berkeluh kesah. Ada saja alasannya. Sudah banyak tugas, tidak ada waktu, dan lain sebagainya.
Sebagai penerima amanah, wajib menjalankan amanah dengan baik dan penuh tanggungjawab. Setiap hambatan yang ada wajib dilalui dengan mempersiapkan strategi terbaik agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
Apakah kita sudah termasuk individu yang Amanah? Sudahkah kita melaksanakan tugas dengan bertanggungjawab? Sudahkan kita menyampaikan setiap titipan kepada orang yang seharusnya? Atau kita termasuk yang selalu mengeluh terhadap tugas yang kita terima?
Hanya anda yang mampu menjawab.

Dalam surat Al-Anfaal ayat 27:
“ Hai Orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya. “

Apapun pilihan kita, tentunya ada komitmen yang harus dijalankan. Bagi yang sudah melaksanakan amanah dengan baik, tentunya ada reward untuk prestasi yang ditunjukkannya. Terkadang banyak individu yang mengharapkan reward sebagai wujud materi yang diterimanya. Namun, sesungguhnya tidaklah demikian. Suatu kesempatan untuk terus mengembangkan diri apapun bentuknya juga merupakan suatu reward. Selain itu, kepercayaan yang diberikan kepadanya adalah merupakan reward terbesar yang diterimanya. Karena tidak akan mudah mempercayai satu individu untuk melaksanakan satu pekerjaan jika tidak ada keyakinan yang kuat didalamnya. Apakah kita masih ragu untuk melaksanakan suatu amanah? Apakah karena ketidak percayaan diri membuat diri kita merasa tidak mampu dalam menjalankan suatu tanggung jawab? Sedangkan orang lain saja mempertaruhkan kepercayaannya untuk kesempatan yang diberikan kepada kita. Namun kitapun harus selalu siap untuk mempertanggungjawabkan dari setiap amanah yang diberikan kepada kita. Kita harus melaporkan setiap perkembangan dari tugas yang diberikan kepada kita. Kita juga tidak boleh memberikan laporan yang tidak sesuai dengan yang kita kerjakan. Kita harus siap diberikan punishment jika seandainya pertanggungjawaban yang kita berikan tidak sesuai dengan harapan pemberi amanah.

Secara luas, Amanah tidak hanya berupa tanggung jawab yang diberikan antar manusia namun juga termasuk amanah yang diberikan Allah SWT kepada ummatnya. Amanah berupa keturunan, harta dan juga termasuk amanah untuk selalu beribadah kepadaNya. Apakah kita masih bisa menolak terhadap amanah tersebut? Tentu saja tidak. Amanah antar manusia saja ada komitmennya, apalagi amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Namun Allah SWT memberikan pilihan apakah manusia tersebut akan masuk dalam golongan orang-orang yang beriman ataukah tidak.
Masih banyak individu yang menyia-nyiakan amanah yang diberikan Allah SWT kepadanya. Sebagai contoh amanah berupa keturunan. Masih banyak yang beranggapan bahwa keturunan yang dimilikinya hanya cukup diberikan sandang, pangan dan papan saja tanpa memikirkan akan dibentuk seperti apakah keturunannya tersebut. Apakah keturunannya nanti menjadi individu yang beriman atau tidak, beramal sholeh atau tidak, sering terabaikan. Padahal hal tersebut merupakan tanggung jawab sebagai orangtua untuk mengantarkan putra putrinya menjadi orang yang beriman.
Contoh lain amanah berupa harta. Apakah kita yakin bahwa harta yang kita miliki adalah milik kita semua? Tentu saja tidak. Ada hak fakir miskin dalam setiap harta yang kita miliki. Sehingga kita wajib membersihkannya dengan membayar zakat. Namun masih ada yang tidak setuju dengan pendapat tersebut dan  beranggapan bahwa harta yang dimilikinya hanyalah miliknya dan tidak mau membayar zakat.
Setiap individu tentunya ingin menjadi yang terbaik tidak hanya  dimata manusia lain namun  juga dihadapan Tuhannya. Tinggal bagaimana upaya untuk menggapainya dan apa yang menjadi pilihannya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin



Bogor, 5 Juli 2019
@vsp_77@






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nutrisi pada ibu post partum

STUDI KASUS ASKEP OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

DUTA BUKU "MAKNA SEBUAH SENYUM"